Sabtu, 02 September 2023

NGAJI KITAB HIKAM

ALLAH SWT YANG MENENTUKAN, KAPAN KAU WUSHUL (SAMPAI) KEPADANYA

Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam, dengan syarah oleh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi

“Jika engkau yakin bahwa kau hanya akan sampai kepada Allah setelah lenyapnya semua keburukanmu dan sirnanya semua hasratmu, maka engkau selamanya tak akan sampai kepada-Nya. 

Tetapi, jika Dia menghendakimu sampai kepada-Nya, Dia akan menutupi sifatmu dengan sifat-sifat-Nya dan watakmu dengan watak-Nya, Dia membuatmu sampai kepada-Nya dengan kebaikan yang diberikan-Nya kepadamu, bukan dengan kebaikan yang kau persembahkan kepada-Nya.”

—Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam.

Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan bahwa engkau tak akan sampai kepada-Nya sekalipun kau melakukan riyadhah (olah batin) dan mujahadah berusaha menghilangkan aib dan semua keinginan yang tak layak bagimu, seperti keinginan untuk meraih kekuatan, kehormatan, kekayaan,dan kekuasaan. 

Itu adalah sifat-sifat inti dan watak yang sudah melekat pada seorang hamba dan tak dapat terlepas darinya. Wushul (sampai) kepada Allah adalah anugerah-Nya yang diberikan kepadamu, bukan karena usahamu sendiri.

Hal ini pernah diisyaratkan Allah dalam sebuah hadis Qudsi: 

“Hamba-hamba-Ku terus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah sampai Aku mencintainya. Dan, jika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang digunakannya untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang digunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang digunakan untuk memukul, dan menjadi kakinya yang digunakan untuk berjalan.”

Syekh Asy-Syadzili mengatakan: 

“Seorang wali tidak pernah sampai (wushul) kepada Allah selama dia memiliki syahwat, keinginan, dan pilihan. Walaupun Allah sudah memberi jalan baginya, dia tetap tidak akan sampai kepada-Nya. 

Namun, jika Allah menginginkan untuk mendekatkan hamba itu kepada-Nya, Dialah yang akan mengaturnya, yaitu dengan menampakkan sifat-sifat-Nya yang tinggi dan suci sehingga akan menghilangkan sifat-sifat hamba-Nya yang buruk. Saat itu, hamba tersebut tidak lagi memiliki keinginan dan pilihan, kecuali yang dipilihkan dan diinginkan Al-Haqq.”

Ngaji Kitab Tanbihul Ghofilin

Bab :  keutamaan bekerja 

قال الفقيه ابو الليث السمرقندي رضى الله عنه حدثنا محمد بن داود حدثنا محمد بن جعفر حدثنا ابراهيم بن يوسف حدثنا قبيصة عن سفيان عن الحجاج بن فرافصة عن مكحول عن ابي هريرة رضي الله تعالى عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم انه قال

Al faqih abu allaist as samarqondi r, a berkata  hadasana muhammad bin dawud hadasana muhammad bin ja'far hadasana ibrohim bin yusuf hadasana qobishoh dari sufyan dari Al hajaj 

Bin farofashah dari makhul  dari abu Hurairah  r, a dari baginda nabi SAW bersabda : 

 من طلب الدنيا حلالا استعفافا عن المسئلة واسعا على اهله وتعطفا على جاره بعثه الله يوم القيامة ووجهه كالقمر ليلة البدر 

barang siapa mencari dunya yang halal karena menjaga dari meminta minta membuat longgar pada keluarganya dan kasihan kepada tetangganya  maka Alloh akan membangkitkan  di hari kiamat  wajahnya seperti bulan purnama. 

 ومن طلب الدنيا حلالا مكاثرا مفاخزا مرائيا لقى الله تعالى يوم القيامة وهو غضبان. 

Barang siapa mencari dunya yang halal yang banyak karena sombong dan pamer  orang itu akan bertemu Alloh di hari kiamat  dan Alloh murka kepada orang itu.

Minggu, 30 April 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Assalaamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Salam dan Bahagia,

Perkenalkan saya Suprapto, dari SMPN 2 Jakarta, Calon Guru Penggerak Angkatan 7 tahun 2023. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelumnya saya kutipkan kalimat bijak berikut ini untuk menjadikan renungan bagi kita bersama.

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)

 Bob Talbert

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Dari kutipan tersebut terdapat makna bahwa segala sesuatu harus dipelajari dari hal yang paling mendasar/utama. Dalam materi pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, hal yang paling mendasar yang perlu dipelajari adalah terkait dengan etika. Etika akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan karena bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal. Selain nilai kebajikan, dasar dari pengambilan keputusan adalah berpihak pada murid dan harus bertanggung jawab, sehingga Ketika dasar pengambilan keputusan sudah dikuasai, maka permasalahan apapun akan lebih mudah dan lebih terarah dalam menemukan solusi permasalahan dan pengambilan keputusannya.

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut dalam pengambilan keputusan diantaranya berpikir berbasis hasil akhir, berbasis peraturan dan berbasi rasa peduli. Ketiganya disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang terjadi. Apapun prinsip yang dianut, tetap harus bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal, sesuai dengan dasar pengambilan keputusan. Dengan mengacu pada prinsip dan nilai yang sesuai, maka kita akan mengambil keputusan yang lebih adil, bijaksana dan berpihak pada murid sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan tempat kita berada.

Bagaimana anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan anda?

Sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus senantiasa peka terhadap segala persoalan yang terjadi, dan mampu mengatasinya dengan baik, serta mampu memberikan kontribusi bagi peserta didik dimana dalam setiap pengambilan keputusan harus berpihak kepada murid yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan. Hal ini sesuai dengan dasar pengambilan keputusan diantaranya berpihak pada murid, bersumber pada nilai-nilai kebajikan dan harus bertanggungjawab, maka secara tidak langsung, kita telah memberikan contoh teladan kepada murid cara pengambilan keputusan yang tepat yang adil, arif dan tidak subjektif. Jadi seorang pendidik senantiasa berupaya untuk menanamkan karakter dengan menjunjung nilai-nilai kebajikan universal dan selalu memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik.

Education is the best art of making man ethical

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berprilaku etis.

-Georg Wilhelm Friedrich Hegel-

 

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda!

Maksud kalimat tersebut adalah pengambilan keputusan merupakan seni keterampilan yang membutuhkan kejelian dan kepiawaian dalam melakukannya, semakin sering melakukannya maka semakin terlatih, fokus dan tepat sasaran. Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar.

Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri)

1.      Bagaimana filosofi Ki hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Semboyan yang dicetuskan oleh KHD yang sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak bagi pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun karsa, Tut Wuri Handayani, yang artinya didepan menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Kemudian kaitannya dengan penerapan pengambilan keputusan yaitu Pertama proses pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin harus dapat memberikan contoh/teladan yang baik bagi yang dipimpinnya. Kedua hasil keputusan harus mampu membangkitkan semangat untuk terus melakukan inovasi dalam melakukan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Ketiga seorang pemimpin harus terus memberikan motivasi/bimbingan saat melakukan proses pengambilan keputusan agar diperoleh hasil sesuai yang diharapkan.

2.      Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Tingkah laku dan tutur kata seseorang merupakan cerminan dari nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang diambil ketika seseorang tersebut akan mengambil keputusan. Nilai- nilai yang tertanam pada guru penggerak diantaranya berpihak pada murid, mandiri, kreatif, inovatif, kolaboratif dan nilai kebajikan lainnya seperti kasih sayang, integritas dan tanggung jawab juga akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tentunya disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang terjadi. Sebuah keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan. Melalui sikap tanggung tanggung jawab dari dalam diri, sebuah keputusan yang kita ambil akan mencerminkan bagaimana prinsip diri kita berdasarkan ketiga prinsip pengambilan keputusan, sehingga akan mendorong terwujudnya wellbeing dalam lingkungan sekolah.

3.      Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masikah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping/fasilitator dapat menjadi bekal dalam melakukan proses pengujian keputusan secara bertahap menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan. Coaching dilakukan dengan memenuhi kompetensi inti diantaranya kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Saat melakukan pengujian keputusanpun sebaiknya menggunakan kompetensi inti coaching tersebut, sehingga kita dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dari permasalahan yang ditemui. Pengambilan keputusan menggunakan 9 langkah pengujian akan efektif jika diimbangi dengan pendekatan coaching dan dilakukan dengan kolaboratif dengan berbagai  pihak.

4.      Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan khususnya masalah dilema etika?

Setiap kita mengambil keputusan harus dilakukan dalam kondisi kesadaran penuh. Dalam kondisi kesadaran penuh maka kita akan hadir sepenuhnya dan menyadari keadaan terkini serta memberikan respons yang paling tepat dalam keadaan apapun.

Pada saat seorang guru harus mengambil keputusan yang dilematis, maka kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya sangat diperlukan. Dengan kemampuan ini guru akan mampu memahami apa yang dirasakan, memunculkan empati, memahami situasi yang terjadi, mencari tahu apa yang terjadi dan mau mendengarkan dengan penuh perhatian. Dengan kemampuannya tersebut guru akan dapat merespon dengan tepat kondisi yang ada sehingga dapat mengambil keputusan yang terbaik.

5.      Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Hal yang pertama dilakukan dalam pembahasan studi kasus masalah moral atau etika adalah mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan yaitu dengan mengidentifikasi apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar (dilema etika), melainkan antara benar lawan salah (bujukan moral).

Bila situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di dalamnya maka kita perlu menentukan kasus ini masuk paradigma yang mana? Selanjutnya memilih prinsip penyelesaian dilema, investigasi opsi trilemma, dan membuat keputusan.

6.      Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Setiap keputusan yang diambil selalu ada konsekuensinya. Dalam kasus dilema etika apapun keputusannya tidak ada keputusan yang dapat memuaskan semua pihak sehingga akan selalu ada pihak yang pro dan kontra. Pengambilan keputusan yang tepat yang berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yag diambil akan meminimalisir dampak negatif dari keputusan tersebut, sehingga akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

7.      Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigama di lingkungan Anda?

Pengambilan keputusan yang dilakukan berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir peraturan ataukah berpikir berbasis rasa peduli. Pemilihan prinsip tersebut tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun setiap keputusan pasti ada resiko pro dan kontra, namun hal ini menjadikan salah satu tantangan tersendiri. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus yang sifatnya dilema etika diantaranya adalah adanya pemikiran dari tiap individu atau kelompok yang bersebrangan. Dalam sekolah pasti terdapat kelompok pemangku kebijakan di sekolah, seharusnya semua ekosistem yang ada di sekolah saling berkolaborasi untuk mewujudkan tujuan bersama. Dalam benturan antar kelompok sangat berkaitan dengan perubahan paradigma dilingkungan sekolah yaitu individu lawan kelompok, rasa keadilan  lawan rasa kasihan dan kebenaran lawan kesetiaan serta jangka pendek lawan jangka Panjang.

8.      Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan dengan pengajaran memerdekakan murid-murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Dengan merdeka belajar, murid bebas mencapai kesuksesan, kebahagian sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai denga apa yang diinginkannya dan bertanggung jawab akan apa yang menjadi pilihannya.. Penggunaan model pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhan setiap siswa sesuai dengan bakat dan keahliannya. Guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran terpusat pada murid, dengan didukung pada penerapan secara eksplisit maupun implisit KSE yang akan semakin memperkuat dan mempertajam wujud nyata dalam memfasilitasi dan mengasah keterampilan social emosional murid-murid kita.

9.      Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran harus mempertimbangkan berbagai macam kemungkinan yang terjadi, termasuk menyangkut masa depan murid. Oleh karena itu perlu kehati-hatian dalam mengambil keputusan dengan melakukan pengujian sesuai dengan langkah-langkah yang sistematis disesuaikan dengan paradigma dan prinsip yang tepat. Selain itu keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid-murid. Hal yang sudah kita putuskan akan terekam menjadi role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak. Bagaimana mereka mengambil keputusan di masyarakat di kemudian hari. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya sehingga akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji.

10.   Apakah kesimpulan akhir yang dapat anda Tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebekumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi atau skill yang harus dimiliki oleh guru sebagai pendidik. Sebagai pendidik maupun pemimpin pembelajaran kita perlu memiliki ketrampilan dalam mengambil keputusan yang berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Pemahaman tentang filosofi pendidikan dari KHD serta nilai-nilai yang kita miliki akan berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Kemampuan kita dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional juga akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika.

Sebagai pendidik kita tentu pernah mengalami kasus dilema etika di kelas. Fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Pembelajaran berdiferensiasi menjadi salah satu opsi pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda tersebut. Untuk menguji pengambilan keputusan yang telah kita ambil, Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Kita bisa melakukan sesi percakapan ‘coaching’.

Agar keputusan yang diambil dapat memberikan kemanfaatan untuk banyak orang, mampu mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dan dapat dipertanggungjawabkan, maka harus dilakukan berdasarkan   pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan.

11.   Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu : Dilema  etika dan bujukan moral, 4 paradiggma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Perbedaan mendasar antara dilema etika dan bujukan moral dapat dilihat dari kedua pilihan kasusnya. Jika kedua pilihan sama-sama benar maka termasuk kedalam dilema etika, namun jika salah satu benar dan yang lain salah maka termasuk kedalam bujukan moral.

Terdapat 4 paradigma dilema etika antara lain individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaann, dan jangka pendek lawan jangka Panjang.

Terdapat 3 prinsip dalam pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli.

9 langkah pengambilan keputusan diantaranya yaitu 1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) Menentukan siapa saja yang terlibat, 3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, 4) Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan /idola, 5) Pengujian paradigma benar lawan benar, 6) Prinsip pengambilan Keputusan, 7) Investigasi Opsi trilemma, 8) Buat keputusan, 9) Tinjau lagi keputusan anda dan refleksikan.

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigama, prinsip dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu secara personal dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian dengan segala konsekwensinya, serta bahwa dalam pengambilan keputusan memiliki keterkaitan dengan modul lain yang sudah dipelajari sebelumnya.

12.   Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya denga apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika, namun sebelumnya saya tidak mengetahui adanya tahapan dalam pengujian dan pengambilan keputusan, sehingga keputusan langsung diambil tanpa mempertimbangkan hal-hal lain yang mungkin terjadi. Saat mempelajari modul ini, ternyata sebelum mengambil keputusan perlu adanya penentuan paradigma, prinsip dan menjalankan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan.  

13.   Bagaimana dampak memepelajri konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran ini?

Konsep yang sudah saya pelajari di modul ini memberikan dampak yang besar bagi pola pikir saya. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengambilan keputusan yang telah didasarkan regulasi  saja sudah cukup, ternyata banyak hal yang menjadi dasar pengambilan keputusan.

14.   Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi anda sebagai seorang individu dan anda sebagai seorang pemimpin?

Materi modul 3.1 ini sangatlah penting dan bermakna, karena dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan.

Sebagai seorang individu topik dalam modul ini memberikan pelajaran bahwa memahami pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan perlu dilakukan dengan alur yang jelas dan terukur, dan langkah awal paling penting adalah megidentifikasi masalah tersebut termasuk dalam bujukan moral atau dilema etika sehingga memudahkan arah dan tujuan pengambilan keputusan agar tidak membuat kita terjebak dalam kondisi yang salah dalam pengambilan keputusan.

Sebagai seorang pemimpin pengambilan keputusan harus mendasarkan yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Setiap pengambilan keputusan yang dilakukan pemimpin akan merefleksikan integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan memjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.   

Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, tentu masih banyak kekurangan dan keterbatasan saya untuk itu saran dan masukan dari bapak-ibu sangat kami harapkan. Terimakasih.

Sekian dan terima kasih

Salam guru hebat.

Sabtu, 21 Januari 2023

Masih bingung mau nulis apa ?

Resume: ke-6

Gelombang: 28

Hari / Tanggal  Jumat, 20 Januari 2023

Tema: Menulis Buku Mayor dalam Dua Minggu

Narasumber: Prof. Dr. Ir. Richardus eko Indrajit. M.Sc.M.B.A, M.Phil, M.A.

Moderator : Aam Nurhasanah, S.Pd

 


Alhamdulillah malam ini saya bisa menyimak dan mengikuti KBMN PGRI 28 walaupun masih belum bisa fokus 100 %, hanya kadang ngintip di WA Grup KBMN PGRI 28. Saya sejatinya masih kebingungan ketika mau menulis, apa yang harus saya tulis, dan seperti apa bentuknya, masih belum terbayang di pikiran saya. Namun karena banyak inspirasi dan semangat yang di tunjukkan oleh teman-teman peserta membuat saya terhasut untuk mencoba menulis. Mereka juga tidak henti-hentinya memotivasi dan menunjukkan karya-karya mereka sehingga saya ingin bermimpi seperti mereka juga. Tulisan saya juga masih sangat minim dari tata Bahasa yang baik dan benar. Urutan kata dan kalimatpun kadang masih terbolak-balik.

Malam ini saya bisa menyimak narasumber yang super hebat. Beliau di sapa Prof Ekoji nama lengkap beliau Prof. Dr. Ir. Richardus eko Indrajit. M.Sc.M.B.A, M.Phil, M.A. beliau seorang sosok penggerak riset informatika dan teknologi yang aktif sebagai narasumber di berbagai seminar, lokakarya, serta penulis buku serta jurnal yang telah dipublikasikan di dalam maupun luar negeri, beliau lahir pada 24 januari 1969. Moderator malam ini yaitu bu Aam Nurhasanah, S.Pd. dia mengatakan bahwa Prof Ekoji adalah seorang penulis besar yang akan menghantarkan mimpi-mimpi kita menjadi seorang penulis menuju penerbit mayor. Prof Ekoji telah menulis 121 buku mayor dan menulis kurang lebih 623 artikel, dalam Bahasa Indonesia maupun inggris, wow luar biasa…

Alasan Prof. Ekoji senang menulis adalah karena ingin membagi ide, pemikiran, gagasan, dan cerita kepada orang lain, dan motivasi menulis lebih besar bagi Prof. Eko adalah karena banyaknya SMS (dulu belum ada WA) yang masuk ke nomor HP-nya untuk mengucapkan terima kasih atas buku yang telah Ia buat. Tentu saja hal tersebut membesarkan hati Prof. Ekoji dan merasa bahwa hidupnya berguna untuk orang lain. Beliau merasa semakin banyak membaca buku dan menonton TV ( dulu belum ada internet ) semakin tinggi keinginan prof untuk menulis.

Prof. Ekoji ingin berbagi  pengalaman menjadi penulis dari buku mayor, yaitu karya tulis yang diterbitkan oleh penerbit nasional. Buku mayor yang pertama kali terbit adalah di tahun 2000 yaitu dua tahun setelah krisis moneter dan reformasi. Sepuluh buku pertama Prof Ekoji adalah isinya bunga rampai. Setiap buku terdiri dari 50 artikel dimana setiap artikel berisi ringkasan satu topik yang sedang menjadi trend saat itu.

           Pada awal materi, Prof. Ekoji sudah memberikan tantangan bagi peserta KBMN PGRI 28 untuk  membuat buku mayor dengan sebuah tema khusus yang di berikan oleh Prof. Ekoji. Peserta begitu antusias menunggu tema apa yang akan diberikan oleh Prof. Ekoji. 

        Prof. Ekoji pun memberikan tips untuk peserta dalam menulis. Pertama, kita menulis bukan UNTUK DIRI KITA SENDIRI namun UNTUK ORANG LAIN. KeduaMulai dari satu hal yang sederhana. Jangan menuliskan sesuatu yang kita tidak mengerti dan tidak ada sumber referensinya. KetigaCarilah judul yang ANTI MAINSTREAM. Kalau yang BIASA-BIASA SAJA, biasanya penerbit mayor tidak tertarik menerbitkannya. Keempat, Prof. Eko lebih senang mengajak rekan-rekan guru untuk BERJALAN BERSAMA, bukan sekedar BERDISKUSI. Kebanyakan orang senangnya berdiskusi dan TAKUT EKSEKUSI. Berbeda dengan Prof. Eko, beliau lebih senang langsung EKSEKUSI di bawah bimbinganya, baru berdiskusi jika ada hambatan. Kelima,  Semakin banyak kita pakai pemikiran orang lain, semakin banyak referensi yang kita pergunakan. Dan tidak ada aturan mengenai berapa banyak referensi yang kita pakai. Referensi adalah bentuk penghormatan kita terhadap karya orang lain yang butir-butir kontennya kita pakai dalam buku kita. KeenamAgar tulisan berkualitas maka buatlah Isi atau konten yang menarik dan disampaikan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ketujuh, Motivasi selalu dimulai dari mimpi. Kedelapan,    "Practice makes perfect". Latihan adalah kuncinya.

Karena sudah banyak teori, konsep, dan pengalaman dari penulis lain yang disampaikan ke peserta KBMN PGRI 28 . Sehingga Prof. Ekoji tidak ingin membebani dengan teori-teori baru. Jadi Prof. Ekoji mengajak teman-teman yang BERMIMPI karyanya terpajang di toko buku untuk BERGABUNG dalam batch JANUARI BERSERI yang nanti akan menjadi workshop mingguan untuk membuat buku mayor.

Prof. Ekoji mengajak pada peserta untuk ikut bergabung dalam Workshop menulis, agar dapat mempraktekkan secara langusng. Tujuan Workshop menulis adalah agar guru-guru BISA MENULIS BUKU bukan sekedar TAHU CARANYA NULIS BUKU.

Kemudian bu Aam selaku moderator meminta izin kepada Prof Ekoji untuk membuka group WA dalam sesi tanya jawab. Salah satu pertanyaan yang menarik adalah ketika seorang guru PAUD AlQuran menanyakan, kira-kira tulisan apa yang bisa ia tulis sehingga bisa menarik minat pembaca. Prof. Ekoji pun kemudian menjawab bahwa kita dapat mengetahuinya dengan menanyakan kepada orang-orang di sekitar kita, misalnya dengan pertanyaan: "kalau saya buat buku seperti ini, kira-kira kamu mau membelinya ndak ya?". Dari situ kita  akan tahu apakah orang tertarik dengan karya kita atau tidak.

Ada juga yang bertanya bagaimana cara gampang agar bisa PD dalam menulis berbagai genre, wah ini yang saya rasakan…Prof Ekoji menjawab cara PD gampang, Daftar Sekarang ke bu Aam ikuti yang saya katakana. Nanti PD akan muncul dengan sendirinya.

Ada lagi yang bertanya mengenai tidak adanya keahlian khusus yang ia miliki untuk dapat dituangkan dalam naskah buku mayor. Prof. Ekoji pun memberikan semangat kepada peserta bahwa yang penting adalah KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI dan KEMAMPUAN BERBAHASA. Konten yang kita buat bisa bebas. Hanya imajinasi kita yang membatasinya.

Kemudian Prof. Ekoji melontarkan pertanyaan terakhir yang kemudian dijawab antusias oleh peserta. “Teman-teman, bolehkah saya bertanya? Anda mengikuti serangkaian program KBMN PGRI 28 ini karena INGIN TAHU, INGIN BISA, atau INGIN SERTIFIKAT? Pilih salah satu ya... hehehe.....”

Sabtu, 14 Januari 2023

KODRAT ALAM DAN KODRAT ZAMAN DALAM PENDIDIKAN




Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut

“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

Ki Hajar Dewantara hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntun anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini  menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad ke-21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya murid di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur. 

Mengenai Pendidikan dengan perspektif global, Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik (menuntun kekuatan kodrat anak).

Ki Hajar Dewantara menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para murid di pertengahan dan akhir abad ke-20. Kodrat alam Indonesia dengan memiliki 2 musim (musim hujan dan musim kemarau) serta bentangan alam mulai dari pesisir pantai hingga pegunungan memiliki keberagaman dalam memaknai dan menghayati hidup. Demikian pula dengan zaman yang terus berkembang dinamis mempengaruhi cara pendidik menuntun para murid.

Eksplorasi Konsep PGP Modul 1.1. Filosofi Ki Hajar Dewantara.

JALAN TOL BAGAI MILIK SENDIRI

Di Tahun baru 2023, tepatnya minggu, 1 Januari 2023, di pagi hari jam 07.00 wib, saya berangkat dari rumah ( bekasi ) menuju ke RS Mintoharjo Benhil Jakarta Pusat melewati jalan tol Jakarta-Cikampek. saya masuk tol melalui pintu gerbang tol bekasi timur 2. 

Perjalanan didalam tol kondisi jalan tol begitu legang sekali, dalam pikir saya mungkin orang-orang masih pada terlelap karena begadang menyambut tahun baru 2023. saya merasa Jalan Tol bagai milik saya sendiri.

Sampailah saya di jalan bendungan hilir jakarta, di depan RS. Mintohardjo, kemudian saya langsung masuk lewat gerbang utama rumah sakit. saya memarkirkan mobil di dekat ruang Pulau Laut tempat pacar saya dinas. tidak lama menunggu di mobil, saya melihat pacar saya berjalan menuju mobil. Kemudian kami keluar RS untuk melanjutkan perjalanan ke Duren Sawit untuk ta'jiah ke rumah teman istri, kami melewati jalan Gatot subroto, melanjutkan ke jalan DI Panjaitan - jln Raya Bekasi. dan yang saya rasakan begitu lancar perjalanan tersebut, dalam pikir saya mungkin orang-orang kesiangan bangun karena begadang dalam menyambut tahun baru 2023.

Jumat, 13 Januari 2023

Memberi Zakat Ahlul Bait

 اتفق جمهور الشافعية على منع إعطاء أهل البيت النبوي من الزكاة ككل واجب كنذر و كفارة و إن منعوا حقهم من خمس الخمس و كذا مواليهم على الأصح و اختار كثيرون متقدمون و متأخرون الجواز حيث انقطع عنعم خمس الخمس منهم الأصطخري و الهروي و ابن يحيى و ابن أبي هريرة و عمل به و أفتى به الفخر الرازي و القاضي حسين و ابن شكيل و ابن زياد و الناشري و ابن مطير قال الأشخر فهؤلاء أئمة كبار و في كلامهم قوة و يجوز تقليدهم تقليدا صحيحا بشرطه للضرورة و تبرأ به الذمة حينئذ لكن في عمل النفس لا الإفتاء و الحكم به.

Mayoritas ulama syafiiyyah sepakat melarang memberi zakat kepada ahlul bait ( keluarga nabi ) walaupun mereka tidak mendapatkan haq mereka dari bagian khumusil khumus begitu juga budak yang mereka bebaskan menurut qoul asoh madzhab syafii. Akan tetapi banyak dari ulama classic dan kontemporer yang memperbolehkan memberi zakat kepada ahlul bait jika mereka tidak mendapatkan khumusil khumus diantara aimmah ulama yang memperbolehkan adalah imam ustukhri, imam haraawi, ibnu yahya, ibnu abi huroiroh, pendapat ini pun diamalkan sekaligus difatwakan oleh imam fakhrurrozi, imam mufti qodhi husein, ibnu syukail, imam ibnu ziyad, dan imam annasyiri serta ibnu mathiir 

Imam asykhor ( fuqoha syafi'i ) berkata : mereka adalah aimmah besar madzhab dan pendapat mereka memiliki kekuatan hukum hingga boleh boleh diikuti dengan syarat darurat. Dan pendapat ini hanya boleh untuk diamalkan secara pribadi tidak boleh dibuat fatwa. 

Tapi sebagian aimmah syafiiyyah lainya menyelisih pendapat ini 

Referensi : _bughyatul mustarsyidin_ 106

NGAJI KITAB HIKAM

ALLAH SWT YANG MENENTUKAN, KAPAN KAU WUSHUL (SAMPAI) KEPADANYA Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam, dengan syarah oleh Syekh Abdullah...